NASKAH
Judul: ???????????????
Pemeran :- Flandy Turangan (sebagai Pak Kertarajasa – Pejabat)
- Reynaldo Montalalu (sebagai Pado – anak panti)
- Kitara Runtuwene (sebagai Ibu Panti)
- Florence Umpel (sebagai Ence – anak panti)
- Maria Lengkong (sebahai Maria – anak panti)
- Joanny Kaligis (sebagai Ibu Guru)
- Regina Waworuntu (sebagai Egin – anak panti)
Latar : Panti, Sekolah, Toko, Pos.
Narator : 4 orang sahabat dengan 4 kepribadian berbeda. Lahir di hari dan tempat yang sama, memiliki nasib serta kehidupan yang sama. Tinggal di tempat yang sama tanpa merasakan perhatian orangtua kandung mereka. Diasuh oleh seorang ibu tua yang mengelola sebuah panti miskin yaitu di panti “Kasih”. Inilah kehidupan mereka.
Aldo : (menata rambutnya, kemudian menatanya lagi dan lagi) Hidup kita ini tidak sesempurna orang-orang diluar sana. Tapi, kekerenanku ini ngga akan ada tandingannya.
Egin : Hah? Kamu bicara apa? Ngawur kamu. Ngaca bro.
Ence : Iya, ngaca dong kamu. Badan dekil aja gayanya kaya artis dunia.
Maria : Artis apaan!
(Suasana menjadi ribut karena perdebatan mereka, tiba-tiba….)
Ibu : Eh, kalian ini kenapa lagi hah? Kerjanya marahan terus. Kalian ini sudah SMA loh, masa hal seperti itu masih dipelihara juga sih. Kekanak-kanakan ah.
Egin : iyaaaa, maaf bu. Lagian sih Aldonya gitu bu.
Maria : Males ah. Eh, kalian tahu ngga soal gossip terbaru yang aku dengar.
Semua : Apa???
Maria : (menunggu ibu panti pergi) Aku dengar-dengar kalau panti kita dapet surat peringatan dari pemerintah.
Aldo : Ha? Surat peringatan apaan?
Ence : iya, aku juga dengar berita itu. Tapi tau ah, itu bukan urusan kita.
Egin : aku mau main tidur. Ngantuk! Ada yang mau ikut ngga?
Semua : ayuukkkkk…
Narator : Sehari sebelumnya…
Pak Kertarajasa: Selamat Siang..
Ibu : Selamat siang, silahkan masuk pak..
Pak Kertarajasa: Terima kasih bu.
Ibu : Ada apa pak?
Pak Kertarajasa: Jadi begini bu, saya ingin menyampaikan sesuatu sehubungan dengan tanah yang ibu tempati ini.
Ibu : Oh iya pak. Ada apa yah?
Pak Kertarajasa: Jadi begini bu, saya ingin menyampaikan bahwa panti ini akan segera digusur karena tidak ada surat-surat asli dari pemerintah.
Ibu : loh pak? Tapi saya sudah mengurusnya sejak lama. Suratnya ada di saya kok pak.
Pak Kertarajasa: Iya, tapi ada beberapa hal yang masih perlu diurus kembali. Sayangnya ibu terlalu lama mengurus hal ini, akhirnya tanah ini sekarang jadi milik saya.
Ibu : kenapa bisa begitu pak? Lalu kami mau tinggal dimana?
Pak Kertarajasa: loh… loh… loh.. itu bukan urusan saya bu. Kecuali dengan satu syarat.
Ibu : Apa itu pak?
Pak Kertarajasa: Ibu harus membayar sebesar 80 juta saja. Tidak perlu terburu-buru bu, saya kasih waktu 6 bulan dari sekarang. Kalo tidak, silahkan angkat kaki dari tempat ini.
Ibu : baiklah pak. Saya akan berusaha untuk dapat melunasi itu semua.
Pak Kertarajasa: Baiklah. Saya rasa itu saja, ingat yah bu, 80 juta dalam 6 bulan. Tidak ada 80 juta, selamat tinggal untuk panti Kasih.
Ibu : iya pak.
Narator : Beban yang ditanggungya itu harus ia simpan sendiri tanpa memikirkan kepentingannya melainkan demi anak-anak asuhnya.
(Scene 2) (Di Pos)
Egin : Lama-lama bosan juga yah hidup kayak gini..
Aldo : Yaaaah, mau ngga mau kan.
Ence : Yup! Setidaknya kita ngga kaya para koruptor di luar sana yang kelihatannya hidup enak, tapi akhirnya…
Semua : Menderita! (Tertawa)
(Menyanyi: Seperti para koruptor)
(Scene 3)
Narator : Sementara di ruangan Pak Kertarajasa
Pak Kertarajasa : Betapa bodohnya rakyat ini! Dengan gampangnya mereka dibodohi oleh pemerintahnya sendiri. (Tertawa) Inilah indahnya hidup, jabatan telah kugenggan dan orang-orang datang memohon belas kasihan.
(Menyanyi)
(Scene 4) (di sekolah)
Guru : zaman sekarang, banyak pejabat yang bekerja bukan untuk masyarakat. Tapi tidak lebih untuk menambah kekuasaan. Untuk kesenangannya sendiri
Maria : Bu, jadi koruptor enak yah?
Egin : Yah elah, lagi lagi pertanyaan yang ngga jelas.
Guru : Ada yang bisa menjawab pertanyaan Maria?
Ence : (Mengangkat tangan) Bu!
Guru : Iya Ence?
Ence : Aldo kayaknya bisa jawab tuh bu.
Siswa : huuuh!
Aldo : yang saya tahu bu, jadi koruptor itu enaknya Cuma di awal aja. Menurut UU no. 20 tahun 2001, salah satu hukuman buat para koruptor itu adalah dipidana dengan pidana penjara sesuai dengan kerugian yang diberikan.
Guru : iya! Tepat sekali Aldo.
Aldo : iyalah bu. (memandang teman-teman lain dan mengedipkan sebelah matanya kearah teman-teman)
Guru : baiklah anak-anak. Sampai disini dulu materi kita, jangan lupa untuk mengerjakan tugas kalian yah.
Semua : Terima kasih bu.
Egin : Hoy, bentar lagi kita lulus. Kita nanti kuliah kan?
Maria : maunya sih gitu. Tapi ngga mungkin kan kita nyusahin ibu panti terus?
Ence : secara dari kita segede kutu aja tuh udah di jaga sama ibu panti. Karna sekarang kita udah bisa urusin diri kita masing-masing gimana kalo kita cari kerja aja.
Aldo : iya sih, betul juga tuh. Setidaknya kita bisa buat beban ibu panti jadi lebih ringan.
Egin : kasian juga sih.
Narator: sepulang sekolah, mereka memutuskan untuk pergi mencari pekerjaan. Berbagai tempat telah mereka kunjungi, tapi mereka hanya membawa hasil yang sia-sia.. tapi…
Semua : Permisi…
Guru : Eh, anak-anak. Kenapa kalian kemari?
Ence : Loh, ibu?
Guru : (Sambil tersenyum) Ini toko milik ibu.
Aldo : (sambil menarik Ence, Egin & Maria, dan berbisik) Wah, kesempatan. Siapa tahu ibu bisa bantu kita.
Maria : Iya, iya. (menghampiri ibu) Emm, bu. Jadi kita datang kemari mau tanya kalo ibu punya lowongan pekerjaan ngga buat kita? Pekerjaan apa saja bu, dijamin kerjanya tuntas tas tasss..
Guru : (tersenyum) anak-anak ini. Ya sudah, ibu Cuma ingin bantu kalian aja. Egin, kamu kerjanya gentian jaga kasir. Ence sama Maria kalian bantuin mengecek barang-barang yang masuk terus Pado, kamu bantu mereka angkatin barang-barang yah. Ayo kerja…
Semua : Sekarang bu?
Guru : Iya dong, kapan lagi?
Semua : (tertawa girang) Ok siap bu!…
Narator : Hari-hari terus mereka lalui bersama. Sepulang sekolah, Pado, Egin, Ence dan Maria selalu pergi untuk bekerja di toko Bu Jojo, dan tak terasa sudah 6 bulan kejadian ini berlangsung. Sementara di panti Jaya.
Ibu : (menyanyi)
Semua : Ibu… Nih kita pulang nih buuuu
Ibu : (mengusap air mata)
Egin : bu? Ibu nangis?
Ibu : ah, ngga kok. Cuma kelilipan aja. dari mana kalian kok pulang malem sih?
Maria : Oh, kita Cuma nongkrong di pos aja kok bu.
Ence : betul sekali bu. Hehehe
Pado : yaudah, bu kita masuk dulu yah.
Ibu : oh iya iya.
Narator: Tiba-tiba pak Kertarajasa datang untuk bertemu dengan ibu panti.
Pak Kertarajasa: Bu, masih ingat saya?
Ibu : iya pak. Em, mohon maaf pak.
Pak Kertarajasa: oh (tertawa), ternyata ibu tahu maksud kedatangan saya kemari, ya? Baiklah. Mohon maaf di terima. Sudah 6 bulan anda tetap tinggal disini, tapi belum juga membayar uang tanah. Benar kan bu?
Ibu : (menunduk dan diam)
Pak Kertarajasa: Benar kan bu, ibu tidak bisa membayar tanah ini sebesar 80 juta?
Ibu : iya pak. Tapi …
Pak Kertarajasa: Sudahlah bu, ibu tahu kan konsekuansinya? Kalau begitu, silahkan keluar.
Ibu : Tapi pak, beri kami waktu. Setidaknya sampai kami mendapat tempat tinggal yang baru.
Narator : Tanpa diketahui, ternyata Pado, Ence dan Maria mendengar percakapan ibu panti dan pak Kertarajasa.
Maria : Bener kan yang aku bilang?
Ence : 80 juta itu banyak banget.
Egin : ih, nih orang belagu banget yah. Kasihan tuh si ibu panti. Awas lo!
Semua : Eh! Jangan emosi gin.
Pado : pemerintah zaman sekarang udah ngga punya sopan santun yah?
Ence : Males nih litanya. Kerjain aja yuk?
Maria : Maksudnya?
(semua tersenyum, kecuali maria yang menatap mereka bingung)
Pejabat : ayo lah bu, sudah 6 bulan loh kita memberikan waktu. Tapi buktinya apa? Ah? Omong kosong kan? Silahkan keluar dari tempat ini.
Ibu : pak, tolong pak, tolong. Baiklah pak, beri kami waktu untuk malam ini saja.
Pejabat : Apa? Keputusan saya sudah bulat bu.
(tiba-tiba Pado, Egin, Ence dan Maria datang melempari pak Kertarajasa)
Pado : woi, maling woi, malingggg!
Ence : penjahaaaaat! Bu, pak kayaknya dia mau nyakitin ibu panti.
Egin & Maria : Seraaaang!
Pejabat : Eh, apa-apaan ini? Saya bukan maling atau penjahat!
(penduduk kemudian mengejar Pak Kertajaya)
Ence : Hahaha, tau rasa lo!
Egin : Ide bagus nce.
Ibu : anak-anak! Kalian ini kenapa sih? Apa yang kalian lakukan, hah? Ikut ibu sekarang!
Pado : ups…
(semuanya terlihat bingung dan takut)
Narator : Ibu panti kemudian memarahi tindakan anak-anak itu. Tapi mereka tidak akan menyerah, mereka kemudian pergi untuk meminta bantuan sang ibu guru yang bersedia membantu mereka.
Ibu : Ibu tahu kalian ini anak-anak baik. Kalian punya hati yang mulia. Ibu mungkin tidak bisa berbuat apa-apa, yang ibu bisa kasih yah Cuma ini. (menyodorkan amplop berisi uang)
Ence : ini apa bu?
Ibu : Ini uang. Memang ini tidak seberapa, tapi ini hanya sebagai rasa terima kasih atas kerja kalian selama ini. Anggap saja bonus atas kerja kalian.
Maria : Wah, makasih bu. Tapi sebenarnya kita lagi mencari cara, karena besok panti kita akan di gusur.
Ibu : besok? Cepat sekali yah? Siapa yang mau menggusur panti kalian?
Maria : ngga tau bu, tapi katanya sih dia pejabat daerah gitu bu.
Ibu : Ciri-cirinya?
Ence : Badannya tinggi, pake kacamata dan bicaranya agak aneh gitu bu.
Ibu : Kertarajasa?
Semua : iya bu.
Ibu : hem… penipu itu lagi. Dia sering keluar masuk penjara karena masalah korupsi dan penipuan.
Semua : Emang iya bu?
Ibu : iya. Orangtua ibu pernah jadi korbannya. Ibu akan bantu kalian.
Semua : Yang bener bu? Terima kasih bu.
Narator : Keesokan harinya…
Pak Kertajaya : Bu! Kali ini saya tidak bisa memberikan kesempatan lagi, cukup bu.
Pado : menurut buka yang aku baca, harus ada alasan beserta berkas-berkas yang jelas dulu sebelum orang ini menggusur panti kita bu.
Maria : iya bu, kampung sebelah juga pernah ada masalah kaya gini.
Ence : Eh kamu bapak Kertasaja, Kertajasa, Kertaaa (membaca papan nama pak Kertarajasa)
Egin : Bapak Kertarajasa…
Ence : Betul! Bapak Kertarajasa, kalo memang ini tanah nih punya bapak, coba mana buktinya?
Egin : Ayo pak! Mana?? Kalo ngga aku pukul nih!!
Pejabat : ah, apa-apaan sih ini. Kalian itu masih kecil, belum tahu apa-apa soal hokum perdata. Saya ahlinya.
Maria : Emang kalo kita masih kecil, kita ngga lebih pinter dari bapak gitu?
Pado : Pak, memangnya kalo bapak punya berkas, berkas-berkas itu udah di sahkan sama Badan Pertanahan Daerah? Mana surat persetujuannya?
Ence : Mana Pak buktinya???
Pejabat : Saya memang belum punya surat persetujuannya. Tap… tapi… saya punya surat tanahnya, ta… ta… tapi… itu ketinggalan di rumah. Nanti saya bawa!
Egin : Ah, bapak bohong kan? Ibu panti punya berkas-berkasnya kok, yang asli! Enak aja bapak mau gusur kita, ee-eeh!!
(teman-teman yang lain mencegahnya)
Ibu : anak-anak, cukup! Ibu sudah bilang sama kalian, jangan buat yang aneh-aneh lagi.
(tiba-tiba terdengar bunyi sirine polisi)
Pejabat : Eh, ini apa-apan nih?
Ibu : anak-anak! Ibu tepat waktu kan? Eh kamu Kertarajasa, masih berani mempermainkan rakyat miskin lagi? Dasar koruptor, penipu kamu!
Pejabat : ah kamu lagi!
(kemudian polisi datang menyergap Kertarajasa)
Pejabat : ehhhh! Lepaskan saya!
Semua : huuuuh!!!
Semua : (tertawa) terima kasih ibu…
(Menyanyi Roar)
Narator : Akhirnya semua bisa terungkap. Mereka kemudian menjalani kehidupan dengan tentram dan berhasil menggapai cita-cita mereka. Pado menjadi seorang anggota Dewan yang hobi membaca buku, Maria menjadi seorang Pegawai kantor tapi karena keaktifannya berbicara akhirnya dia diangkat menjadi sekretaris, Ence menjadi seorang penasehat ketua dewan dan Egin menjadi seorang kepala arsitektur dan tak segan-segan memarahi pegawai-pegawainya. Tapi mereka terus bersama dan saling membantu satu sama lain, menjadikan hidup lebih baik.
“Orang yang baik akan kembali pada kebahagiaan walaupun mereka menempu jalan kehancuran, tapi seorang koruptor akan mendaptkan istananya yaitu Penjara dan kesengsaraan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar